Senin, 02 Agustus 2010

Paling Layak, Jakarta Pindahnya ke Palangkaraya


Banjarmasinpost.co.id - Kamis, 29 Juli 2010 | Dibaca 589 kali | Kalimantan Tengah
BANJARMASINPOST.CO.ID - Sebenarnya ada wacana dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memindah Ibu kota Jakarta ke Kota Palangkaraya, Kalteng.  Namun jauh sebelum SBY, Presiden pertama Indonesia, Ir Soekarno pernah merencanakan agar Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia pindah ke Palangkaraya, sebuah kota di Kalimantan Tengah. Alasannya sederhana, letak Palangkaraya sangat strategis persis di tengah-tengah Indonesia antara Sabang sampai Merauke.

Kisah sejarah ini dimulai pada tahun 1950-an, ketika Presiden Soekarno merencanakan perpindahan Ibu Kota. Jalan yang rata dan tahan lama hingga tahun 2009 ini, segera dibangun. 

Insinyur jempolan negara besar komunis ketika itu dikerahkan. Pemindahan ini banyak memilik tafsiran, selain Jakarta yang gemar banjir, terlalu padat, dan tidak memilik hasil tambang, juga karena faktor politis, seperti letak Palangkaraya yang terlihat ditengah-tengah kepulauan Indonesia sehingga memobilisasi rakyat jauh lebih dekat dan kuat untuk agresi ke Malaysia (ingat slogan Ganyang Malaysia!?). 
Namun, gagasan Soekarno ini kemudian hilang begitu saja. Pasalnya RI lagi didera krisis politik dan ekonomi yang menghempaskan konsentrasi terhadap proyeknya ini.

Selain itu, pertempuran politik dengan lawannya, baik itu golongan Islam, tentara, maupun Amerika berserta agennya yang kerap kali menyusup.

Sangat sulit memang membayangkan, ibukota negara di pindahkan ke lain kota. Tak dapat dibayangkan berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan. Berapa banyak perwakilan negara harus dipindahkan. Belum lagi kantor-kantor pusat yang begitu banyak tersebar seantero Jakarta.

Namun, tak ada salahnya usulan yang terlihat ekstrim itu dipertimbangkan. Sebab program transmigrasi ternyata tak cukup mampu memperlambat laju urbanisasi dari daerah ke Jakarta. 

Percuma rasanya, pemerintah DKI Jakarta melakukan razia KTP pada para pendatang baru. Dimana ada gula di situ ada semut. Jadi kalau mau mengusir semut ke tempat lain, seharusnya kita pindahkan letak gulanya. "Begitu pemikiran mudahnya.."

Sementara di lain sisi, kita juga tidak dapat mengurangi berapa sentimeter permukaan Jakarta tenggelam tiap tahunnya. Tidak sekedar akibat dibangunnya gedung-gedung pencakar langit, dan digalinya tanah untuk mencari sumber air artetis tapi juga akibat menumpuknya penduduk, mobil, kendaraan. Jadi wajar bila pemeintah DKI Jakarta selalu gagal dalam mengatasi bencana banjir.

Luas wilayah kota Palangkaraya yang ditunjang dengan potensi sumber daya alam yang tinggi serta hutan yang lebat, memberikan peluang untuk dijadikan hutan kota yang melindungi udara dari polusi dan kerusakan lahan.

(kompas.com/Anggit H/Indo Top List)
red: Didik Trio MarsidiSumber: kompas.com/berbagi sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar